WAMENDAG : PERDAGANGAN BERKELANJUTAN TOPANG EKONOMI BARU ASEAN
Share via
Terbit Pada
06 August 2025
21742005
IQPlus, (6/8) - Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri meyakini, kebijakan perdagangan yang berkelanjutan merupakan bagian tulang punggung yang menopang ekonomi baru ASEAN. Bagian lain yang turut menopang ekonomi baru ASEAN meliputi ekonomi hijau dan infrastruktur digital.
Dalam siaran pers Kemendag (5/8) Keyakinan ini disampaikan Wamendag Roro dalam sambutannya pada Panel 2 17th ASEAN & Asia Forum di Singapura pada hari ini, Selasa (5/8). Sesi Panel 2 tersebut mengusung tema "Powering Innovation and the New Economy". Forum digelar oleh Singapore Institute of International Affairs (SIIA) yang menggandeng Asian Council of Economic Policy dan mengusung tema besar "The Global Future and Challenge Ahead".
"Indonesia siap berkolaborasi dengan negara-negara tetangga ASEAN dan mitra global untuk membentuk ekosistem perdagangan yang mendukung inovasi, inklusivitas, dan keberlanjutan. ASEAN dihadapkan pada dua keharusan, yaitu memperkuat ketahanan ekonomi sekaligus memastikan pertumbuhan berkelanjutan, inklusif, dan sadar iklim. Hal ini seiring dengan kemajuan agenda ASEAN menuju ekonomi yang terintegrasi dan digerakkan inovasi," jelas Wamendag Roro.
Wamendag Roro menambahkan, keberlanjutan saat ini menjadi pilar penting dalam diplomasi perdagangan Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah merundingkan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang mencakup komitmen yang jelas mengenai perilaku bisnis yang bertanggung jawab, kerja sama lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan, seperti Indonesia-EU CEPA dan Indonesia-Korea CEPA.
Di luar perjanjian formal, Indonesia juga secara aktif berpartisipasi dan memprakarsai platform kebijakan, seperti Sustainable Global Value Chain Policy Dialogue yang diselenggarakan bersama oleh Kementerian Perdagangan dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Forum ini bertujuan untuk membangun konsensus di seluruh sektor publik dan swasta mengenai pengadaan yang berkelanjutan, standar kerja yang layak, dan kepatuhan terhadap ESG atau Environmental, Social, and Governance (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola/LST)
"Upaya-upaya ini mewakili komitmen Indonesia yang lebih luas untuk mempersiapkan kebijakan perdagangan dan industri yang tahan uji di masa depan. Tepatnya, memastikan bahwa upaya Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tetap berpijak pada pengelolaan lingkungan hidup dan keberlanjutan jangka panjang," imbuh Wamendag Roro.
Salah satu pendorong utama untuk transformasi ASEAN terletak pada perdagangan yang berkelanjutan. Indonesia menyaksikan peningkatan tajam dalam permintaan global untuk barang-barang yang diproduksi secara berkelanjutan, terutama di pasar seperti Uni Eropa, yang telah memperkenalkan peraturan seperti EU Deforestation-free Regulation (EUDR) dan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).
Australia dan Selandia Baru juga telah menanamkan standar ramah lingkungan dalam sistem perdagangan dan pengadaan mereka, dan di dalam ASEAN sendiri, pelabelan ramah lingkungan dan sertifikasi keberlanjutan menjadi prasyarat untuk akses pasar.
Wamendag Roro memandang perkembangan ini bukan sebagai hambatan, tetapi sebagai peluang strategis untuk memposisikan ulang basis ekspor Indonesia menuju produk yang bernilai lebih tinggi dan sadar lingkungan. Untuk menanggapi tren ini, Indonesia mengoptimalkan daya saing industri dengan mendorong kepatuhan terhadap standar keberlanjutan internasional. Indonesia juga mengembangkan platform penelusuran untuk komoditas utama dan memasukkan penilaian siklus hidup ke dalam strategi perdagangan. Upaya-upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk Indonesia tetap kredibel dan menarik di pasar yang peka terhadap keberlanjutan. (end)