BCA Sekuritas
    langid
    Berita Harian

    HARGA MINYAK RABU SIANG MASIH NAIK

    Terbit Pada

    10 September 2025

    1757487140501351

    IQPlus, (10/9) - Harga minyak naik pada hari Rabu setelah Israel menyerang kepemimpinan Hamas di Qatar dan Presiden AS Donald Trump meminta Eropa untuk mengenakan tarif kepada pembeli minyak Rusia, meskipun prospek pasar yang lemah membatasi kenaikan lebih lanjut.

    Harga minyak mentah Brent naik 61 sen, atau 0,92%, menjadi $67 per barel, pada pukul 06.20 GMT, dan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 61 sen, atau 0,97%, menjadi $63,24 per barel.

    "Kenaikan harga minyak saat ini terutama disebabkan oleh peningkatan premi risiko geopolitik setelah serangan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya di Doha," kata Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA. "Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan krisis pasokan jangka pendek jika fasilitas produksi minyak anggota OPEC+ diserang oleh Israel."

    Harga minyak sempat menguat 0,6% pada sesi perdagangan sebelumnya setelah Israel menyatakan telah menyerang pimpinan Hamas di Doha, yang menurut Perdana Menteri Qatar mengancam akan menggagalkan perundingan damai antara Hamas dan Israel.

    Reaksi harga minyak relatif tenang karena melemahnya pasar secara keseluruhan. Kedua harga acuan minyak naik hampir 2% tak lama setelah serangan, tetapi melemah setelah AS meyakinkan Doha bahwa insiden serupa tidak akan terulang di wilayahnya dan karena tidak ada dampak langsung terhadap pasokan.

    "Reaksi moderat harga minyak mentah terhadap berita ini, ditambah skeptisisme terhadap klaim Presiden AS Trump tentang potensi peningkatan sanksi terhadap minyak Rusia ... membuat minyak mentah rentan terhadap penurunan harga," ujar analis pasar IG, Tony Sycamore, dalam sebuah catatan.

    Trump telah mendesak Uni Eropa untuk mengenakan tarif 100% terhadap Tiongkok dan India sebagai strategi untuk menekan Presiden Rusia Vladimir Putin, menurut sejumlah sumber.

    Tiongkok dan India adalah pembeli utama minyak Rusia, yang telah membantu menopang kas Rusia sejak melancarkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022, meskipun ada tekanan sanksi berat dari AS.

    "Perluasan tarif sekunder terhadap pembeli utama lainnya seperti Tiongkok dapat mengganggu ekspor minyak mentah Rusia dan memperketat pasokan global, sebuah sinyal bullish bagi harga minyak," tulis analis LSEG.

    "Namun, masih terdapat ketidakpastian mengenai sejauh mana pemerintah akan bertindak, karena tindakan agresif dapat berbenturan dengan upaya untuk mengelola inflasi dan memengaruhi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga." (end/Reuters)