EKSPOR THAILAND MELAMBAT KARENA TARIF AS
Share via
Terbit Pada
24 September 2025
1758696772071879
IQPlus,(24/9) - Ekspor Thailand tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir setahun terakhir akibat penguatan baht dan dampak tarif dari Amerika Serikat, ungkap Kementerian Perdagangan pada Rabu (24 September), tetapi mereka menyatakan masih dapat melampaui target setahun penuh.
Ekspor yang telah melewati proses bea cukai naik 5,8 persen pada Agustus dibandingkan tahun sebelumnya, ungkap Kementerian, lebih rendah dari ekspektasi analis.
Angka untuk Agustus dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 9,5 persen secara tahunan dalam jajak pendapat Reuters, dan menyusul kenaikan 11 persen pada Juli.
"Pertumbuhan ini merupakan yang paling lambat sejak September tahun lalu dan berarti kita mulai melihat perlambatan ekspor ke Amerika Serikat," ujar Poonpong Naiyanapakorn, kepala Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan, dalam konferensi pers.
Pada bulan Agustus, ekspor ke Amerika Serikat, pasar terbesar Thailand, melonjak 12,8 persen dari tahun sebelumnya, tetapi akan melambat dalam empat bulan terakhir, ujarnya.
AS menetapkan tarif sebesar 19 persen untuk barang impor dari Thailand, lebih rendah dari tarif 36 persen yang diumumkan sebelumnya dan sejalan dengan negara-negara lain di kawasan tersebut.
Pengiriman ke Tiongkok naik 5,9 persen, menurut data kementerian.
Dalam delapan bulan pertama tahun 2025, ekspor, pendorong utama perekonomian, naik 13,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kementerian mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekspor sebesar 2 hingga 3 persen untuk tahun ini, meskipun ada kemungkinan angkanya akan lebih tinggi berkat awal yang kuat.
Pada bulan Agustus, impor naik 15,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, lebih tinggi dari perkiraan kenaikan sebesar 9,2 persen.
Hal ini menyebabkan defisit perdagangan sebesar US$1,96 miliar pada bulan Agustus, lebih rendah dari perkiraan surplus sebesar US$0,7 miliar.
Ekspor beras turun 16,9 persen per tahun. (end/Reuters)
IQPlus,(24/9) - Ekspor Thailand tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir setahun terakhir akibat penguatan baht dan dampak tarif dari Amerika Serikat, ungkap Kementerian Perdagangan pada Rabu (24 September), tetapi mereka menyatakan masih dapat melampaui target setahun penuh.
Ekspor yang telah melewati proses bea cukai naik 5,8 persen pada Agustus dibandingkan tahun sebelumnya, ungkap Kementerian, lebih rendah dari ekspektasi analis.
Angka untuk Agustus dibandingkan dengan perkiraan kenaikan 9,5 persen secara tahunan dalam jajak pendapat Reuters, dan menyusul kenaikan 11 persen pada Juli.
"Pertumbuhan ini merupakan yang paling lambat sejak September tahun lalu dan berarti kita mulai melihat perlambatan ekspor ke Amerika Serikat," ujar Poonpong Naiyanapakorn, kepala Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan, dalam konferensi pers.
Pada bulan Agustus, ekspor ke Amerika Serikat, pasar terbesar Thailand, melonjak 12,8 persen dari tahun sebelumnya, tetapi akan melambat dalam empat bulan terakhir, ujarnya.
AS menetapkan tarif sebesar 19 persen untuk barang impor dari Thailand, lebih rendah dari tarif 36 persen yang diumumkan sebelumnya dan sejalan dengan negara-negara lain di kawasan tersebut.
Pengiriman ke Tiongkok naik 5,9 persen, menurut data kementerian.
Dalam delapan bulan pertama tahun 2025, ekspor, pendorong utama perekonomian, naik 13,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kementerian mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekspor sebesar 2 hingga 3 persen untuk tahun ini, meskipun ada kemungkinan angkanya akan lebih tinggi berkat awal yang kuat.
Pada bulan Agustus, impor naik 15,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, lebih tinggi dari perkiraan kenaikan sebesar 9,2 persen.
Hal ini menyebabkan defisit perdagangan sebesar US$1,96 miliar pada bulan Agustus, lebih rendah dari perkiraan surplus sebesar US$0,7 miliar.
Ekspor beras turun 16,9 persen per tahun. (end/Reuters)